Sabtu, 26 Desember 2009

PENGENDALIAN HAMA UTAMA BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum L) DENGAN PERANGKAP LAMPU (LIGHT TRAP)

Disusun oleh :
Anik Rachmawati,
PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai manfaat besar dalam kehidupan manusia. Berbagai macam masakan membutuhkan bawang merah sebagai penyedap , pengharum maupun penambah gizi. Demikian pula dengan industri obat-obatan yang membutuhkan bawang untuk campuran obat-obatan. Petani menanam bawang merah karena tertarik oleh nilai ekonomis yang dihasilkannya , yang memberikan harapan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Dengan penerapan sistim budidaya seperti penggunaan bibit yang baik, penanaman, pemupukan, pengairan, penegendalian hama dan penyakit dan pengolahan hasil, produksi bawang merah mencapai 4,91-10 ton/ ha (Limbongan dan Maskar, 2003)
Banyak kendala yang dihadapi oleh petani dalam berusaha tani bawang merah. Hama yang selalu mengintai dilapangan dan siap untuk menyerbu serta menghancurkan tanaman bawang merah, membuat petani bawang merah dituntut untuk memiliki ketrampilan dan pengetahuan dalam mengenal hama dan penyakit, gejala serangan dan upaya pengendaliannya. Hama Spodoptera exigua Hubn. merupakan salah satu penyebab terjadinya kehilangan hasil panen bawang merah. Serangan hama ini hampir selalu terjadi pada setiap musim tanam. Kehilangan hasil panen akibat serangan hama ini dapat mencapai 62,98 % bahkan kegagalan panen.
Salah satu tehnik pengendalian yang sekarang dikembangkan adalah penggunaan lampu perangkap, yang disesuaikan dengan sifat imago yang aktif malam hari dan tertarik dengan cahaya lampu.

HAMA UTAMA TANAMAN BAWANG MERAH
Ulat grayak (Spodoptera spp). dikenal sebagai hama yang polifag dan banyak jenisnya. Hama ini disebut sebagai ulat grayak karena serangannya mendadak atau secara tiba-tiba dan menyerang dalam jumlah yang banyak.
Spodoptera exigua merupakan salah satu jenis ulat grayak yang menjadi kendala utama dalam budidaya bawang merah ( Sutarya, 1996). Menurut Sastrosiswojo dan Rubiati ( 2001) ulat grayak ( S.exigua ) dan thrips ( Thrips tabact Lind) seringkali berstatus sebagai hama utama pada tanaman bawang merah. Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian hama dan penyakit mencapai 30-50 % dari total biaya produksi dan setengahnya untuk pembelian pestisida ( Moekasan, 2002)
Serangan S. exigua dijumpai hampir disetiap fase pertumbuhan tanaman bawang merah. Pada fase awal pertumbuhan biasanya dijumpai kelompok telur dan stadia awal. Populasinya akan terus meningkat mulai umur tanaman dua minggu dan mencapai puncaknya pada tanaman umur 4-7 minggu ( Sutarya, 1996). Moekasan (1996) menyatakan populasi hama S. exigua meningkat pada minggu kedua setelah tanam dan mencapai puncaknya pada minggu keempat atau kelima setelah tanam.
Ngengat S. exigua meletakkan telur secara berkelompok pada malam hari. Telur ditutupi oleh rambut dan sisik-sisik halus yang berasal dari tubuhnya
Gejala serangan :
• Dimulai dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam sehingga yang tertinggal hanya jaringan epidermis saja.
• Daun akan berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan S. exigua pada bawang merah neragam. Koestomi dan Sastrowardojo (1991 dalam Moekasan, 1994 ) menyebabkan kehilangan hasil panen bawang merah akibat S. exigua berkisar 45-47 %. Menurut Setiawati (1996 dalam Moekasan, 2002) kepadatan tiga dan lima larva S. exigua perrumpun tanaman bawang merah dapat menyebabkan kehilangan hasil msing-masing sebesar 32 dan 42 %. Pada tanaman bawang merah yang berumur 49 hari, serangannya dapat mencapai 62,98% dengan rata-rata populasi larva 11,52 ekor/ rumpun ( Sutarya, 1996) dengan demikian kehilangan hasil berkisar antara 46,56 – 56,94% (Dibyantoro,1996 dalam Sutarya 1996) jika tanaman bawang merah mendapat serangan yang relative berat pada awal fase pemebentukan umbi, maka resiko kegagalan panen akan lebih besar ( moekasan, 1994)

PENGENDALIAN DENGAN PERANGKAP LAMPU (LIGHT TRAP)
Pada saat ini banyak petani mulai melaksanakan pengendalaian hama bawang merah khususnya dengan Tehnologi Pengendalaian Hama Terpadu (tanpa menggunakan pestisida). Dengan pertimbangan penggunaan pestisida dianggap sangat mahal dan tidak terjangkau oleh petani. Disamping itu pertimbangan lainnya adalah dampak negatif yang ditimbulkan berakibat buruk terhadap manusia, tanaman, Musuh Alami maupun lingkungan. Beberapa cara digunakan petani diantaranya adalah menggunakan perangkap lampu. (light trap) untuk mengendalikan S. exigua. Penggunaan jebakan lampu oleh petani merupakan contoh penerapan pengendalian mekanik, yaitu tehnik pengendalian yang dilakukan dengan tangan manusia, alat atau bahan lainnya dengan tujuan mematikan, menghalangi, memindahkan atau menghalangi serangga hama. Selain penggunaan lighy trap, beberapan tehnik yang sering
digunakan antara lain (1) pengambilan telur, larva, pupa atau imago hama dengan tangan lalu membunuhnya, (2) memotong atau menghilangkan bagian tanaman yang terserang hama untuk menghilangkan sumber infeksi (Jumar, 2000). Light trap dapat digunakan untuk mengendalikan serangga hama yang aktif di malam hari dan tertarik cahaya lampu, seperti ngengat S.exigua yang aktif di malam hari. Pemanfaatan light trap oleh petani adalah langkah tepat untuk mengendalikan S. exigua, apalagi dikombinasikan dengan pengumpulan telur dan larva ( Duryatmo,2004) .
Lampu yang dipergunakan bisa berupa lampu petromaks atau bola lampu listrik. Lampu tersebut digantungkan dengan ketinggian tertentu diatas tanaman, dibawahnya disediakan tempayan dengan diameter tertentu , disesuaikan dengan lampu yang digunakan dan diisi dengan air, dapat pula dicampur dengan bahan pembunuh lain misalnya minyak tanah atau minyak pelumas bekas.
Serangga yang tertarik cahaya lampu akan menuju lampu yang digunakan dan dapat jatuh kedalam tempayan dan mati. Individu lain yang tidak mencapai lampu akan berada disekitar lampu perangkap atau bertelur pada tanaman di sekitar lampu perangkap dan dapat diambil keesokan harinya.
Lampu perangkap dinyalakan selama kurang lebih 11 jam yaitu mulai pukul 17.30 – 05.30
Bahan / alat yang perlu dipersiapkan / ha
• Lampu neon 10 watt : 20 buah
• Bambu : secukupnya
• Bak plastik diameter kurang lebih 40 cm. : 20 buah
• Kabel listrik : 6 rol (600 m)
• Paku besar : 20 buah

Cara pemasangan lampu perangkap :
• Lampu dipasang disekeliling hamparan sawah dengan jarak kurang lebih 1 m dari pematang.
• Tinggi tempat pemasangan lampu kurang lebih 50 cm dari permukaan tanah.
• Jarak lampu dengan bak perangkap kurang lebih 10 cm.
• Tempat penyangga bak dari bambu yang dibelah ujungnya menjadi 4 bagian.
• Masing-masing lampu ada 1 (satu) arde/masa dengan menggunakan paku besar/ besi.
• Bak plastik diisi olie bekas 2 lt
• Banyaknya lampu dan besarnya watt sangat berpengaruh pada jumlah serangga yang terperangkap.

KEUNTUNGAN DAN MANFAAT PENGGUNAAN LAMPU PERANGKAP.
• Ramah lingkungan
• Dapat menekan biaya pengendalian kurang lebih 40 %.dari biaya dengan menggunaan pestisida (Rp. 10.000.000,-/ha). Dengan catatan bahan perangkap Rp. 950.000,- + pestisida
Rp. 5.050.000,-
• Memudahkan pelaksaan perlakuan di malam hari.
• Keamanan lebih terjamin dari pencurian.
• Petani lebih krasan di sawah pada malam hari.
• Jumlah tangkapan serangga + 36.000 ekor / ha dengan perhitungan 1 ha = 20 buah lampu x 60 hari x 30 ekor/lampu/hari

Biaya yang dibutuhkan :
Biaya sewa listrik Rp. 10.000,-/10 watt/bulan = Rp. 400.000,-
Kabel 6 roll @ Rp. 35.000,- = Rp. 210.000,-
Lampu 20 buah @ Rp. 12.000,- = Rp. 240.000,-
Lain-lain (bak,bambu,skakel,paku,tenaga, olie bekas) = Rp. 100.000,-
Jumlah = Rp. 950.000,-

DAFTAR PUSTAKA
Limbongan j dan Maskar, 2003. Potensi pengembanagan dan ketersediaan tehnologi bawang merah palu di Sulawesi Tengah J Litbang Pertanian 22 (3) 103-108
Moekasan,TK 1994. Pengujian ambang pengendalian hama Spedoptera exigua berdasarkan umur tanaman dan intensitas kerusakan tanaman bawang merah didataran rendah. Pros Seminar Hasil Penelitian Pendukung Pengendalian Hama Terpadu. Lembang
Moekasan,TK 2002. Efikasi dan formulasi seNPV terhadap larva Spedoptera exigua pada tanaman bawang merah dirumah kasa J.Hort 12
Sastrosiswojo dan Rubiati ( 2001) Pengaruh aplikasi insektisida kloropirifos dan deltamentrin pada tnaman bawang merah terhadap resurgensi Spedoptera exigua J Hort 11
Sutarya, 1996). Hama ulat Spedoptera exigua pada bawang merah dan strategi pengendaliannya. J Litbang Pertanian.
Duryatmo S,2004 Ngengat tentara terjebak chaya. Trubus 420 .

OPTIMALISASI LAHAN DENGAN TUMPANGSARI BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum.L ) DAN LOMBOK BESAR ( Capsicum annum.L ) DILUAR MUSIM

disusun oleh : Anik Rachmawati
PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran dataran rendah yang sering menyebabkan terjadinya peningkatan laju inflasi pada saat “off season” (luar musim panen). Fluktuasi harga bawang merah disebabkan tidak adanya kesinambungan produksi dan pasokan barang dipasar. Karena kebutuhan bawang merah segar diperlukan sepanjang tahun maka teknologi produksi diluar musim harus dikembangkan pada daerah produksi yang bersifat spesifik lokasi. Berbagai upaya budidaya dilakukan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi guna mengatasi kekurangan pasokan pada bulan-bulan tertentu. Untuk menghindari kegagalan usaha ada upaya yang dianjurkan yaitu dengan menanam secara tumpangsari Tehnologi budidaya tumpangsari dapat diterapkan pada tanaman bawang merah ( Allium ascalonicum.L ) dan tanaman Lombok besar ( Capsicum annum.L ) dengan tujuan untuk memanfaatkan secara optimal lahan yang tersedia, sehingga pendapatan petani dapat meningkat

TEHNOLOGI BUDIDAYA TUMPANGSARI BAWANG MERAH DAN LOMBOK BESAR DILUAR MUSIM

Masalah utama usaha tani bawang merah diluar musim adalah tingginya resiko kegagalan panen karena tingginya serangan hama dan penyakit. Untuk menjamin keberhasilan penanaman diluar musim harus memperhatikan varietas yang digunakan, cara tanam yang sesuai, pemupukan efisien, pengendalian hama dan penyakit yang efektif, drainase yang baik serta pemeliharaan yang intensif.
Menanam Lombok besar ( Capsicum annum.L ) di musim hujan juga berarti mananggung resiko gagal karena gangguan penyakit. Hujan yang terus menerus akan meningkatkan kelembaban disekitar areal penanaman. Hal ini akan mengundang cendawan atau bakteri yang berbahaya bagi tanaman. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diperhatikan beberapa kiat khusus.

Varietas yang digunakan
Untuk tanaman bawang merah salah satu varietas yang dianjurkan adalah varietas Lokal bawang biru karena cukup tahan terhadap serangan hama penyakit dan hama serta mempunyai daun yang lebih tebal sehingga daun tidak mudah rusak bila terkena air hujan.. Pada tanaman lombok besar salah satu varietas anjuran adalah Prabu karena varietas ini sangat cocok ditanam di dataran rendah sampai menengah (0-400 m dpl), tingkat kerontokan buah sangat kecil, toleran Antraknose (busuk buah), layu bakteri, thrips sp dan mite (tungau)

Cara tanam bawang merah
Pengolahan tanah
Tanah bekas tanaman padi dibersihkan kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar bedengan 120 cm , lebar parit/got 40 cm, kedalam parit 30 cm, panjang bedengan sesuai lahan. Kemudian dikeringkan kurang lebih 1 minggu , setelah itu dilaksanakan penggemburan dengan cangkul. Kemudian dilakukan penggalian pada parit sedalam 30 cm lagi kurang lebih 1 minggu dilakukan penggemburan lagi. Dibiarkan kurang lebih 7-10 hari disesuaikan dengan keadaan tanah Tanah agar remah dilakukan penghalusan dan perataan tanah lagi sebelum siap ditanami.
Pada lahan yang sedikit masam (pH kurang 5,6) perlu diberi dolomit dengan dosis 1-1,5 ton / ha diberikan 2 minggu sebelum tanam.
Pemberian pupuk dasar SP36 200 kg/ha dan KCL 100 kg/ha disebar secara merata pada permukaan tanah

Persiapan tanaman
Pada saat akan tanam, tanah harus dalam kondisi lembab. Umbi yang akan ditanam sudah disimpan 2-3 bulan Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan 2/3 bagian umbi kedalam tanah. Jarak tanam 20 cm x 20 cm

Cara tanam lombok besar
Pembibitan
Saat pembibitan, sebaiknya jumlah benih yang akan disemai lebih banyak 1-2 pak daripada biasanya. Kelebihan benih disemai selang satu minggu setelah penyemaian selesai. Tujuannya sebagai cadangan penyulaman.
Benih yang disemai ditanam di polybag ukuran 5-7 cm, berisi media pupuk kandang, tamah dan pestisida. Polybag-polybag tersebut diletakkan berjajar diatasnya diberi jerami agar dalam penyiraman benih dalam kondisi baik. Apabila benih mulai tumbuh dan keluar daun ,jerami harus dibuang. Selanjutnya diberi naungan diatas polybag untuk menjaga agar sinar matahari tidak langsung ke bibit.
Pada umur kurang lebih 20 hari bibit ditanam dilahan dengan jarak tanam 80 cm X 60 cm sehingga diperlukan 17.000 tanaman atau 100-125 gram benih. (10-12 pak)

Waktu tanam pada sistim tumpangsari
Tanaman bawang merah ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Pada umur 20 hari diantara tanaman ditanami lombok besar dengan jarak tanam 80 cm X 60 cm, sehingga pembibitan lombok dilakukan bersamaan waktunya dengan tanam bawang merah (lihat gambar).

Lebar bedengan 120 cm
10 cm 20 cm
80 cm

20 cm

60 cm panjang
bedengan



Keterangan :
= tanaman bawang merah
= tanaman lombok besar
Pemupukan
Pada tanaman bawang merah/ha
Sehari sebelum tanam diberikan pemupukan dasar SP 36 200 kg, KCL 100 kg
Umur 10 hari dilakukan pemupukan Urea 100 kg , ZA 100 kg
Umur 20 hari ZA 300 kg, PONSKA 100 kg
Umur 40 hari ZA 300 kg , PONSKA 100 kg,KCL 100 kg

Pada tanaman lombok besar
Pemupukan dilakukan pada waktu umur 45 hst (65 hari dari sebar) dengan cara dicampur dengan air dan di cor/disiramkan ketanaman dengan dosis 160 kg/ha ZA dan 80 kg PONSKA (1 timba yang berisi 5 lt air dicampur pupuk kuranglebih ZA 200 gram dan 100 gram PONSKA dapat diberikan pada 25 tanaman).
Selanjutnya pemupukan diberikan lagi pada umur 55 hst (75 hari dari sebar) dengan jumlah yang sama.

Pemeliharaan tanaman.
Pada tanaman bawang merah
Pendangiran : dilaksanakan pada umur 18 hari dan umur 35 hari
Pada tanaman lombok besar
Setelah tanaman bawang merah panen, dilakukan pembersihan rumput pada lahan. Dilanjutkan dengan pemasangan ajir pada tanaman lombok besar dan diikat sedemikian rupa agar tanaman tidak roboh.

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah.
Ulat grayak (Spedoptera spp).
Gejala serangan :
• Dimulai dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam sehingga yang tertinggal hanya jaringan epidermis saja.
• Daun akan berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Pengendalian :
• Dikendalikan dengan peneyemprotan Dursban, Buldog, Decis, Curacron, Bestok dll

Kemreki, Thrips (Thrips spp)
Gejala serangan :
• Adanya bercak pada daun yang berwarna putih keperakan.
• Gejala serangan yang parah akan mengakibatkan daun menjadi layu. Serangga betina dapat meletakkan telur sekitar 80 butir yang akan menetas dalam waktu 5-10 hari.
• Siklus hidupnya berkisar antara 7-21 hari tergantung pada kondisi lingkungan.
Pengendalian :
• Dikendalikan dengan peneyemprotan, Curacron, Decis

Cendawan Alternaria porri
Nama umum trotol, bercak daun.
Gejala serangan :
• Pada daun yang terserang terjadi bercak kecil melekuk, berwarna putih kelabu. Jika membesar bercak tampak bercincin-cincin dengan warna keunguan sedangkan pada tepinya akan berwarna kecoklatan.
Pengendalian dengan menyemprotkan Score 250 EC 1 ml/lt

Cendawan Peronospora destructor
Nama umum lodoh, busuk daun, embun tepung.
Gejala serangan :
• Pada daun timbul bercak hijau pucat, yang dapat berkembang cepat pada cuaca lembab membentuk lapisan kapang berwarna putih lembayung (kehitaman). Daun yang tyerserang akan menguning , layu dan mengering.
Pengendalian : dengan menggunakan Ridomil Gold Mz 3 gr/lt

Hama penyakit pada tanaman lombok
Perawatan penting lain adalah memantau serangan terhadap hama dan penyakit. Dimusim hujan serangan penyakit jauh lebih berbahaya daripada serangan hama. Biasanya serangan muncul pada saat tanaman mulai berbuah (40 hst) . Penyakit yang biasa menyerang terutama layu fusarium ( Fusarium oxysporum) dan layu bakteri ( Pseudomonas solanaceae ). Untuk mengatasinya, tanaman yang terserang dicabut dan tanaman disekitarnya disiram larutan formalin 0,2 %.
Hama yang biasa menyerang adalah lalat buah ( Dacus dorsalis) . Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif deltamerin 0,2-0,4 ml/l, triazofoz 1-2 ml/l atau endosulfan 1-2 ml/l. Dapat pula digunakan perangkap dengan sex pheromone yang terbuat dari bahan aktif metil eugenol.
Pada saat tanaman berbuah lebat, antraknosa atau patek (Colletotrichum capsici) sering menyerang tanaman cabai. Untuk mengatasinya , gunakan fungisida berbahan aktif karbendazim 1-2 gr/l secara bergantian dengan fungisida kontak lainnya ( Bion M).. Selain suraknosa, penyakit bercak bakteri ( Xanthomonas campetris) juga mengganas dimusim hujan. Cirinya pada daun terdapat bercak-bercak kebasahan seperti ada bekas minyak. Daun-daun yang terserang secepat mungkin dipetik untuk menghindari penyebaran penyakit ini. Selain itu dapat pula digunakan fungisida berbahan aktif tembaga oksiklorida dengan konsentrasi 2-3 gr/l.
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan ialah membersihkan gulma-gulma disekitar parit antara bedengan, untuk mengurangi kelembaban tanaman serta menghindari gulma sebagai inang hama dan penyakit. Daun-daun yang terserang dipetik dan dimusnakan, agar tidak menyebar ketanaman yang sehat. Tanaman yang terserang penyakit harus segera dicabut dan dibakar. Daerah sekitar tanaman terserang diisolasi dengan perlakuan khusus sesuai macam serangan penyakit.


Pemanenan
Tanaman bawang merah
Panen dapat dilakukan pada umur kurang lebih 60 hari ditandai dengan mengeringnya daun, Produksi berkisar 11.200 kg/ha
Tanaman lombok
Panen dapat dilakukan mulai umur 90 hari dari sebar , selanjutnya tiap minggu sampai 6 kali panen. Produksi 9.000 kg/ha.

Jumat, 25 Desember 2009

Tehnologi budidaya bawang merah diluar musim

Oleh Anik Rachmawati,SP,MMA

PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran dataran rendah yang sering menyebabkan terjadinya peningkatan laju inflasi pada saat “off season” (luar musim panen). Fluktuasi harga bawang merah disebabkan tidak adanya kesinambungan produksi dan pasokan barang dipasar. Karena kebutuhan bawang merah segar diperlukan sepanjang tahun maka teknologi produksi diluar musim harus dikembangkan pada daerah produksi yang bersifat spesifik lokasi. Berbagai upaya budidaya dilakukan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi guna mengatasi kekurangan pasokan pada bulan-bulan tertentu.

TEHNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DILUAR MUSIM
Masalah utama usaha tani bawang merah diluar musim adalah tingginya resiko kegagalan panen karena tingginya serangan hama dan penyakit. Untuk menjamin keberhasilan penanaman diluar musim harus memperhatikan varietas yang digunakan, cara tanam yang sesuai, pemupukan efisien, pengendalian hama dan penyakit yang efektif, drainase yang baik serta pemeliharaan yang intensif.

Varietas yang digunakan
Untuk tanaman bawang merah salah satu varietas yang dianjurkan adalah varietas Lokal bawang biru karena cukup tahan terhadap serangan hama penyakit dan hama serta mempunyai daun yang lebih tebal sehingga daun tidak mudah rusak bila terkena air hujan..


Cara tanam bawang merah
Pengolahan tanah
Tanah bekas tanaman padi dibersihkan kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar bedengan 120 cm , lebar parit/got 40 cm, kedalam parit 30 cm, panjang bedengan sesuai lahan. Kemudian dikeringkan kurang lebih 1 minggu , setelah itu dilaksanakan penggemburan dengan cangkul. Kemudian dilakukan penggalian pada parit sedalam 30 cm lagi kurang lebih 1 minggu dilakukan penggemburan lagi. Dibiarkan kurang lebih 7-10 hari disesuaikan dengan keadaan tanah Tanah agar remah dilakukan penghalusan dan perataan tanah lagi sebelum siap ditanami.
Pada lahan yang sedikit masam (pH kurang 5,6) perlu diberi dolomit dengan dosis 1-1,5 ton / ha diberikan 2 minggu sebelum tanam.
Pemberian pupuk dasar SP36 100 kg/ha dan PONSKA 300 kg/ha disebar secara merata pada permukaan tanah

Persiapan tanaman
Pada saat akan tanam, tanah harus dalam kondisi lembab. Umbi yang akan ditanam sudah disimpan 2-3 bulan Umbi bibit yang belum bertunas atau tunasnya belum mencapai 80% dari umbi dapat dipotong ¼ bagian diujungnya. Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan 2/3 bagian umbi kedalam tanah. Jarak tanam 20 cm x 20 cm

Pemeliharaan tanaman.
Pada tanaman bawang merah
Pendangiran : dilaksanakan pada umur 18 hari dan umur 35 hari

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah.
Ulat grayak (Spedoptera spp).
Gejala serangan :
• Dimulai dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam sehingga yang tertinggal hanya jaringan epidermis saja.

• Daun akan berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Pengendalian :
• Dikendalikan dengan peneyemprotan Dursban, Buldog, Decis, Curacron, Bestok dll
Kemreki, Thrips (Thrips spp)
Gejala serangan :
• Adanya bercak pada daun yang berwarna putih keperakan.
• Gejala serangan yang parah akan mengakibatkan daun menjadi layu. Serangga betina dapat meletakkan telur sekitar 80 butir yang akan menetas dalam waktu 5-10 hari.
• Siklus hidupnya berkisar antara 7-21 hari tergantung pada kondisi lingkungan.
Pengendalian :
• Dikendalikan dengan peneyemprotan, Curacron, Decis
Cendawan Alternaria porri
Nama umum trotol, bercak daun.
Gejala serangan :
• Pada daun yang terserang terjadi bercak kecil melekuk, berwarna putih kelabu. Jika membesar bercak tampak bercincin-cincin dengan warna keunguan sedangkan pada tepinya akan berwarna kecoklatan.
Pengendalian dengan menyemprotkan Score 250 EC 1 ml/lt
Cendawan Peronospora destructor
Nama umum lodoh, busuk daun, embun tepung.
Gejala serangan :
• Pada daun timbul bercak hijau pucat, yang dapat berkembang cepat pada cuaca lembab membentuk lapisan kapang berwarna putih lembayung (kehitaman). Daun yang tyerserang akan menguning , layu dan mengering.
Pengendalian : dengan menggunakan Ridomil Gold Mz 3 gr/lt

Pemanenan
Tanaman bawang merah
Panen dapat dilakukan pada umur kurang lebih 60 hari ditandai dengan mengeringnya daun, Produksi berkisar 12.000 kg/ha

Padi Hibrida dg sistim jajar legowo

Padi Hibrida Sistim Jajar Legowo
Disusun oleh :
Anik Rachmawati,SP,MMA
I. PENDAHULUAN
Beras merupakan makanan pokok seluruh rakyat Indonesia , bahkan banyak daerah yang pada waktu lalu penduduknya mempunyai makanan pokok selain beras misalnya Madura, Maluku, Irian danlain-lain saat ini sudah pindah ke beras untuk dijadikan makanan pokoknya. Bahkan saking minded-nya, banyak masyarakat kita yang berpendapat belum makan bila belum makan nasi.
Salah satu sulitnya peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah terjadinya penyempitan lahan pertanian subur terutama di pulau Jawa. Sedangkan penambahan lahan pertanian lebih banyak dapat dilakukan pada lahan marginal yang kurang subur. Di sisi lain kebutuhan beras terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk. Dengan demikian, peningkatan produksi beras hanya cukup untuk mencukupi permintaan akibat pertambahan penduduk (mempertahankan konsumsi beras per kapita) tetapi tidak cukup memadai untuk menutup peningkatan konsumsi beras per kapita akibat peningkatan pendapatan.
Penduduk Indonesia yang ada tahun 1995 berjumlah 194,7 juta jiwa diperkirakan akan meningkat menjadi 265 juta pada tahun 2025. Sedangkan kebutuhan beras akan meningkat menjadi 68.8 juta ton pada tahun 2025 dari 49.3 juta ton tahun 1997. Pada sat ini tingkat konsumsi beras di Indonesia adalah 138 kg/kapita/tahun setara dengan 212 Kg gabah/kapita/tahun. Di sisi lain ada kejenuhan potensi hasil dari varietas – varietas padi konvensional yang selama ini dibudidayakan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, alternatif yang paling memungkinkan adalah penggunaan varietas hibrida yang memanfaatkan gejala heterosis. Hasil padi hibrida ini dapat melebihi hasil varietas padi konvensional sebesar 30 % (Yuan,1994). Heterosis tertinggi yang dapat dicapai pada penelitian di Indonesia sebesar 40,5% dengan menggunakan CIAMIS introduksi dan pemulih nasional (Satoto et al.,1994). Sedang dengan menggunakan pemulih IRRI, heterosis berkisar 1,19 – 49,38 % ( Suprihatno dan Satoto, 1996). Disamping itu salah satu upaya lain untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan tanam padi sistim Legowo. Dengan sistim Legowo, tanaman padi dapat berproduksi lebih tinggi karena adanya pengaruh dari tanaman pinggiran.
II.TEHNOLOGI BUDIDAYA PADI HIBRIDA DENGAN SISTIM JAJAR LEGOWO
A. Tehnologi sistim tanam jajar Legowo
Legowo merupakan rekayasa tehnik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi didalam barisan dan melebar jarak antar barisan. Sistim tanam Legowo ini tidak mengakibatkan populasi tanaman berkurang dan bahkan semakin bertambah karena adanya tambahan rumpun padi didalam masing-masing barisan tanaman. Legowo berasal dari kata “Lego” yang artinya luas dan “dowo” yang artinya memanjang. Jadi diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan. Dengan demikian pada sistim tanam legowo 2:1 yaitu 2 barisan tanaman diselingi 1 barisan kosong, , semua rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman karena adanya ruang terbuka yang lebih lebar. Akibatnya semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh tanaman pinggiran yang hasilnya bisa mencapai 1,5-2 kali lipat lebih tinggi dari produksi padi yang berada dibagian dalam (Gambar 1). Berkurangnya barisan tanaman padi dengan dibiarkannya barisan yang kosong pada sistim legowo, dapat dikompensasikan dengan meningkatnya hasil tiap barisan tanaman sehingga dicapai peningkatan produksi padi dibandingkan cara tanam secara penuh.


Keuntungan tanam sistim Legowo
1. Adanya ruang yang lebih terbuka antar barisan tanaman akan memudahkan dalam operasional pengelolaan pertanaman sehingga lebih efektif dan efisien, misalnya pemupukan, penyiangan, pengendalian hama/penyakit.
2. Mempermudah pengendalian hama tikus.
3. memberikan kesempatan untuk tanam azolla dan mempermudah pembenamannya.
B.Tehnologi budidaya padi Hibrida
Padi hibrida dapat dipakai sebagai pilihan utama untuk mengatasi masalah krisis pangan dengan pertimbangan antara lain : di negara-negara berkembang kebutuhan beras meningkat secara cepat, ada stagnasi potensi hasil dari varietas unggul konvensional, lahan sawah untuk bertanam semakin berkurang, dan padi hibrida telah menunjukkan hasil 20 % lebih tinggi dibandingkan semua varietas padi konvensional (inbrida).
Meskipun padi hibrida dapat meningkatkan hasil namun penyediaan benih hibrida yang merupakan generasi pertama (F1) dari persilangan antara dua galur atau varitas homozigot sering menjadi faktor pembatas dalam penerapan teknologi padi hibrida secara luas.
Hasil panen padi hibrida dianjurkan untuk tidak digunakan sebagai benih atau ditanam kembali. Hasil panen padi hibrida merupakan generasi kedua (F2) yang secara teori telah terjadi pemisahan atau segregasi menjadi 25% mandul jantan dan 75% fertil. Selain sterilitas jantan pada generasi tersebut juga terjadi segregasi sifat-sifat lainnya. Oleh sebab itu, apabila benih hasil panen varitas padi hibrida ditanam maka pertanaman tidak seragam dan 25% tanaman mandul jantan sehingga hasilnya rendah.
Padi hibrida dapat ditanam diberbagai tipe iklim dan berbagai jenis tanah pada dataran rendah sampai medium dengan ketinggian 500 m diatas permukaan laut. Lahan sawah harus subur, dengan jaringan irigasi terjamin, bukan daerah rawan banjir. Lahan sawah bukan merupakan daerah endemis hama dan penyakit utama (wereng coklat, hawar daun bakteri dan virus tungro). Respon petani terhadap penerapan inovasi tehnologi padi hibrida sangat diperlukan dengan pengawalan dan koordinasi petugas pada semua aspek tehnologi mulai dari penyediaan benih, persemaian, tehnologi budidaya, pengendalian organisme pengganggu tanaman sampai dengan kegiatan panen. Serta didukung tersedianya sarana produksi dengan tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga.tepat tempat
Untuk mendapatkan produksi padi hibrida sesuai dengan potensinya, maka dilakukan pengelolaan budidaya tanaman padi hibrida secara intensif dengan menerapkan paket tehnologi yang dianjurkan, sebagai berikut :
1. Benih dan persemaian
Penggunaan benih
- benih padi hibrida dapat ditanam hanya satu kali tanam.
- Setiap kali penanaman harus menggunakan benih baru dan bersertifikat.
- Penggunaan padi benih hibrida dianjurkan 15-20 kg/ha untuk sistim tanam tegel, jika menggunakan sistem tanam jajar legowo, kebutuhan benih lebih banyak 30% atau 4,5-6 kig/ha
- Ada 31 varietas padi hibrida yang dianjurkan dan sudah dilepas oleh Deptan pada tahun 2006 (tabel 1)
Persemaian
- Tempat persemaian yang dipilih adalah yang mudah pengairannya dan pembuangan airnya, bebas hama dan jauh dari jalan raya. Bahan organik diberikan sebanyak 1 kg/m2 sebelum penyiapan lahan persemaian untuk menambah kesuburan dan memudahkan pertumbuhan benih.
- Luas persemaian adalah 1/20 bagian (5%) dari luas sawah, sehingga untuk 1 ha pertanaman diperlukan untuk luas persemaian adalah 500 m2.
- Tanah diolah, dicangkul dan dibajak, dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama minimal 7 hari kemudian dibuat bedengan dengan ukuran 10 m x 1,20m, dengan ketinggian 5-10 cm, dibuat parit antar bedengan dan keliling bedengan dengan ukuran lebar parit 30 cm dan kedalaman 30 cm. Dari luas 500 m2 dibuat 30 bedeng.
- Benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam hingga berkecambah 1mm, selanjutnya benih disebar merata dengan ekpadatan sebar 50-75 gr/ m2
- Sehari sebelum sebar, persemaian dipupuk SP 36 sebanyak 5 gr/ m2 dan KCL 5 gr/ m2 .Setelah persemaian umur 10 hari, tambahkan pupuk Urea 10 gr/ m2 luas persemaian.
- Setelah sebar benih lebih baik ditabur secara merata dengan abu damen/sekam sampai benih tidak kelihatan, persemaian tidak usah diairi sampai benih tumbuh merata diatas abu damen/sekam, air dijaga tetap diparit/selokan untuk menjaga kelembaban. Keuntungan sistim ini dimaksudkan tumbuhnya benih dipersemaian lebih merata dan memudahkan pencabutan bibit sehingga mengurangi tenaga kerja.
- Pada persemaian tanpa menggunakan abu damen/sekam sehari setelah sebar benih hingga hari ketujuh, masukkan air pada pagi hari hingga ketinggian 5 cm dan keluarkan air pada sore hari. Kemudian pada hari ke delapan dan seterusnya, ketinggian air dijaga 2-5 cm.
- Setelah bibit umur 15-18 hari setelah sebar atau setelah berhelai 5-6 helai, bibit dipindahka tanamkan dilahan penanaman.
- Setelah periodik dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan adanya organisme pengganggu tanaman (OPT).
2. Penyiapan lahan
- Tiga minggu sebelum tanam, lahan perlu digenangi air untuk melunakkan tanah. Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak 1 kali dengan kedalaman 20 cm dan masukkan semua gulma dan sisa-sisa jerami kedalam tanah agar dapat terdekomposisi.
- Menggenagi lahan selama 7 hari dalam keadaan macak-macak untuk mencegah lepasnya nitrogen dari tanah dan mempercepat proses pembusukan jerami dan gulma.
- Dibajak 2 (dua) dan digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah,. agar siap ditanami bibit padi. serta menjaga genangan air dilahan
- Memasukkan pupuk organik kedalam tanah dengan bajak atau garu. Setelah garu, diberi pupuk NPK sebagai pupuk dasar
- Untuk menekan pertumbuhan gulma, disemprot dengan herbisida pra tumbuh dan dibiarkan selama 7 hari/ sesuai dengan anjuran pemakaian herbisida tersebut.
3. Penanaman dan penyulaman
Penanaman
- Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-18 hari setelah sebar, atau bibit telah berdaun 5-6 helai, dengan sistem tanam pindah ( transplanting )
- Menggunakan sistim tanam jajar legowo ( 20 cm x 12,5 cm ) x 40 cm (untuk lahan kurang subur) atau (20 cm x 15 cm) x 40 cm (untuk lahan subur).
- Populasi bibit dipersemaian lebih jarang daripada yang biasa dipraktekkan petani, sehingga pada umur 15-18 hari bibit padi telah mempunyai anakan.
- Tanam bibit pada kedalaman 2-3 cm. Pada waktu penanaman, anakan tidak boleh dipisah-pisahkan. Cara penanaman padi hibrida adalah satu tanaman per rumpun, bukan satu batang per rumpun. Sehingga bibit per rumpun dapat lebih dari satu batang apabila bibitnya telah beranak.

Penyulaman
- Untuk mendapatkan populasi maksimal, setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh/ mati dengan bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Penyulaman dilakukan maksimum satu minggu setelah tanam untuk mempertahankan populasi yang optimal.
4. Pemeliharaan tanaman
Pemupukan
- Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman juga ber beda-beda.
- Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan unsur hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik, agar efisien, takaran pupuk hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah. Sedangkan untuk N takaran dan pemberian disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD)
- Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk merata keseluruh areal tanaman. Pada saat pemupukan dan 3 hari setelah pemupukan saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup.
Anjuran Pemupukan
1. Pupuk Organik
- pada pengolahan tanah terakhir (III) diberikan pupuk kandang 2-3 ton/ha atau bila menggunakan pupuk kompos jerami diberikan sekitar 5 ton/ ha.
2. Pupuk an organik
Anjuran I (pupuk tunggal), Dosis dan aplikasi pemupukan
Pupuk Pertumbuh-an awal Anakan aktif Permodia berbunga Dosis Total (kg/ha)
7-10 (hst) 21-25 (hst) 35-40 (hst) 10% berbunga
Urea (kg/ha) 100 100 100 50 350
SP 36 (kg/ha) 100 - - - 100
KCL (kg/ha) 65 - 35 - 100
Anjuran II (pupuk majemuk), Dosis dan aplikasi pemupukan
Pupuk Pertumbuh-an awal Anakan aktif Permodia berbunga Dosis Total (kg/ha)
7-10 (hst) 21-25 (hst) 35-40 (hst) 10% berbunga
Ponska (kg/ha) 150 150 - - 300
Urea (kg/ha) 50 50 100 50 250
Pengairan
Pengairan berselang difokuskan pada musimkemarau, sedangkan pada musim hujan hanya dilakukan didaerah yang pengairannya dapat diatur. Pengairan berselang adalah :

- Sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak.
- Secara berangsur-angsur lahan diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10 hst. Pada fase ini penggunaan air sangat kritis dan untuk menghambat pertumbuhan biji gulma.
- Lahan tidak diairi sampai 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak selama 2 hari, kemudian diairi kembali setinggi 5-10 cm.
- Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari menjelang panen, lahan terus digenangi air setinggi 5 cm. Kekurangan air dari fase bunting sampai fase bunga dapat meningkatkan gabah hampa atau sebagaian gabah berisi.
- 10 hari menjelang panen lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.
Pengendalian OPT
Pengendalian Gulma
- Penyiangan dilakukan dengan manual atau landak/ osrok.
- Penyiangan I, dilakukan sedini mungkin, maksimal pada umur 18 hst (sebelum pemupukan II).
- Penyiangan II, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur 30 hst (sebelum pemupukan III).
- Penyiangan III (mbrasak) dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur 45 hst
- Rumput/gulma yang dicabut dibenamkan kedalam tanah (untuk menambah bahan organik)
Pengendalian Hama dan penyakit Tanaman (HPT)
- Pengamatan dilakukan setiap saat/ hari mulai dari persemaian hingga menjelang panen.
- Pada 3-5 hari sebelum menabur benih, dilakukan pengendalian hama tikus secara serempak.
- Upaya pencegahan dan pengendalian HPT dengan cara bijaksana mengacu pada konsep PHT.
- Hama yang perlu diwaspadai adalah wereng coklat, penggerek batang, tikus dan walang sangit sedangkan penyakit adalah Tungro hawar daun bakteri blast.
- Serangan burung menjelang panen perlu diwaspadai
- Jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan h/p padi (Tabel 2)
Panen dan pasca panen
Penanganan pasca panen merupakan kegiatan utama untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu beras. Dalam prosesnya pasca panen merupakan rangkaian yang luas dan kompleks yang tidak hanya ditentukan oleh masalah tehnis saja tetapi juga melibatkan masalah social dan ekonomi yang menyangkut berbagai sector dan disiplin.
Kehilangan hasil pada tahap perlakuan pasca panen sbb :
No
Tahap perlakuan Kehilangan (%)
1
2
3
4
5
6Panen
Perontokan
Pengangkutan
Penjemuran
Penggilingan
Penyimpanan 9,19
4,98
0,51
1,66
2,94
0,26
Jumlah 19,54

Dari tabel dapat dilihat kehilangan pada panen,perontokan dan penggilingan adalah terbesar.

PANEN
Penentuan saat panen yang tepat didasarkan :
- 85% malai menguning, sebagaian daun bendera telah mongering
- Kerontokan gabah sekitar 25-30%, diukur dengan meremas malai dengan tangan.
- Kadar air mencapai 22-25%
- Umur optimal berkisar 30-35 hari setelah berbunga merata.
Cara –cara panen anjuran :
1. lahan pertanaman dikeringkan dahulu 7-10 hari sebelum panen.
2. panen menggunakan sabit bergerigi, sehingga kapasitas pemanenan dapat dipercepat 20 jam per ha.. Sabit bergerigi 93 jam per Ha per orang sedangkan sabit biasa 113 jam (UGM,1984)
3. cara memotong padi dianjurkan sedekat dengan tanah, hasil panen diletakan diatas wadah/tikar/alas, kemudian dibawa ketempat perontokan dengan menggunakan wadah
PERONTOKAN
Cara perontokan
- menggunakan pedal tresher, menggunakan mesin perontok (power tresher)
PEMBERSIHAN
Pembersihan dilakukan segera setelah perontokan dengan cara :
- pembersihan awal dilakukan disawah dengan menggunakan ayakan dari bambu/kawat agar kotoran atau sisa daun dan batang kasar terbuang. selanjutnya dengan menampi, dianginkan atau menggunakan blower.
- Untuk menekan serendah mungkin perlu menggunakan alas dari tikar, anyaman bambu, karung plastic dsb.
PENGERINGAN
Tempat pengeringan : Alas yang baik dibuat dari semen dan dibuat bergelombang sehingga penyerapan matahari menjadi tinggi, permukaan lebih luas, aur hujan lebih cepat mengalir dan lantai dapat kering.
Cara pengeringan.
dimusim kemarau dilakukan sbb :
- Ketebalasan lapisan gabah 5-7 cm,Setiap 1-2 jam sekali dilakukan pembalikan menggunakan kayu atau bamboo
- Waktu yang dianjurkan jam 07.00 pagi sampai dengan jam 16.00 sore terganyung cahaya matahari.
Dimusim hujan
- gabah dihamparkan dengan ketebalan 2-3 cm,setiap 1-2 jam sekali dilakukan pembalikan, menggunakan kipas atau blower
- sebagai sinar matahari dapat digunakan lampu petromak, bahan baker sekam

PENYIMPANAN
Dalam penyimpanan yang perlu diperhatikan : Sifat dan mutu gabah,Kondisi gabah serta Bangunan tempat penyimpanan
Anjuran-anjuran
Mutu bahan : gabah yang akan disimpan sebaiknya :
- dalam keadaan kering dengan kadar air maksimal 14%, bersih dari kotoran/gabah hampa maksimum 3 %, menggunakan karung yang baru , bila terpaksa menggunakan karung bekas harus direndam dulu dalam air panas sehingga hama mati dan kemudian dijemur sampai kering.
PENGGILINGAN
mutu dan rendemen beras yang dihasilkan dari penggilingan sangat dipengaruhi berbagai factor antara lain : varietas padi dan perlakuan pra panen, perlakuan pasca panen, macam alat/mesin penggiling gabah.

III KESIMPULAN DAN SARAN
Tehnologi Tanam Padi Hibrida dengan sistim jajar legowo diharapkan menjadi alternative bagi petani untuk meningkatkan produksi tanaman padi guna menyumbang kebutuhan beras nasional.
Respon petani terhadap penerapan inovasi tehnologi padi hibrida sangat diperlukan dengan pengawalan dan koordinasi petugas pada semua aspek tehnologi mulai dari penyediaan benih, persemaian, tehnologi budidaya, pengendalian organisme pengganggu tanaman sampai dengan kegiatan panen. Serta didukung tersedianya sarana produksi dengan tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga.tepat tempat

DAFTAR PUSTAKA
Anonimos,2007 .Petunjuk Tehnis Penyebaran peningkatan Penggunaan Benih Padi Hibrida , Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur
Anonimos,2007 .Petunjuk tehnis Tehnologi Budidaya Padi Hibrida di Jawa Timur. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian,BPTP Jawa Timur
Suwono,dkk, 2001 Acuan Pemupukan Spesifik Lokasi untuk Padi sawah di Jawa Timur. Badan penelitian dan pengembangan Pertanian BPTP Jawa Timur.
Ir. Edy Purnomo,1996. Teknologi penanaman padi sistim jajar legowo.Lembar Informasi Pertanian Balai penelitian Tehnologi Pertanian Karangploso
B.S Vegara,1990. Bercocok tanaman padi. Proyek Prasarana Fisik. Bappenas
AAK, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius Yogyakarta
Anonimos,1985, Hama Tungro. Departemen Pertanian. Proyek Pengembangan penyuluhan Pertanian/NAEP.Jakarta
Anonimus, 1983-1984. Beberapa hama penting pada padi. Departemen Pertanian. Proyek Informasi Pertanian Wonocolo,Jawa Timur
Anonimus,, 1982, Penanganan Pasca panen Padi.. Departemen Pertanian. Proyek Informasi Pertanian ,Balai Informasi Pertanian Wonocolo,Surabaya

Olahan Hasil

Disusun oleh : Anik Rachma

ANEKA OLAHAN HASIL BUAH-BUAHAN

I. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Pada umumnya kita ketahui bahwa produksi buah-buahan dihasilkan secara musiman, walau sudah ada berbagai usaha untuk membuahkan buah-buahan diluar musim namun hasilnya belum memuaskan. Selain itu sifat buah-buahan terutama dari golongan klimaterik sangat tidak tahan apabila disimpan dalam bentuk buah segar dalam waktu yang agak lama. Keadaan ini menjadikan masalah yang serius dalam penanganan pasca panen bagi petani. Mussim panen yang bersamaan dengan kemampuan tenaga terampil untuk menangani pasca panen terbatas akan berakibat banyak buah yang rusak atau busuk dan kualitasnya menjadi turun. Bila ini terjadi sudah dapat diduga bahwa harganyapun akan menjadi rendah.

Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mengatasi keadaan ayang kuranmg menguntungkan tersebut. Salahsatu upaya yang dianggap tepat adalah bagaimana dapat mengawetkan buah tersebut sehingga mampu disimpan dalam waktu relatif lama yaitu dengan tehnologi pengolahan buah segar menjadi bahan makanan dalam bentuk lain serta memiliki nilai tambah.

2. Tujuan

§ Memberikan latihan teknologi pengolahan buah menjadi makanan olahan kepada petani, wanita tani sehingga trampil dan menguasai tehnologi pengolahan buah-buahan.

§ Memberikan wawasan pengetahuan tentang prospek ekonomi dan peluang usaha prosuk olahan buah-buahan bagai peningkatan pendapatan keluarga.

§ Mendekatkan mitra usaha agar peduli terhadap petani dan mau menjadi mitra dalam usaha tersebut

3. Masalah

§ Pengetahuan dan ketrampilan teknologi pengolahan buah masih terbatas dikuasi oleh petani dan keluarganya.

§ Peluang usaha belum banyak dicoba dan ditekuni petani sebagai usaha produktif

II. PROSES PENGOLAHAN HASIL

Dalam proses pengolahan ini sengaja diberikan beberapa contoh dari komoditi yang sudah banyak diproses oleh petani dan mempunyai prospek pasar namun tehnologi masih perlu ditingkatkan. Adapun proses pengolahannya diuraikan secara singkat sebagai berikut :

1. Membuat kripik pisang

  • Buah pisang ambon (terbaik) yang telah cukup tua tetapi masih mentah dikupas dengan menggunakan pisau stainless yang tajam
  • Supaya tetap berwarna putih bersih, pisang tersebut segera dimasukkan kedalam larutan Kalium Metabisulfit 0,05 %
  • Buah pisang diiris tipis-tipis (± 3 mm) menggunakan serutan
  • Setelah ditiriskan sebentar, buah pisang dicelupkan kedalam sirup kental yang terbuat dari gula pasir (50%), garam dapur (1%), asam sitrat (0,1%) dan air
  • Buah pisang selanjutnya segera digoreng dengan minyak yang bermutu baik (jernih, tidak tengik dan mengandung antioksidan yang diinginkan)

§ Setelah berwarna kuning kecoklatan dan kering, keripik pisang tersebut diangkat, dibiarkan menjadi dingin kemudian dikemas dalam palastik yang tertutup rapat.

2. Membuat dodol pisang

Bahan : pisang matang = 1 kg

Vanili = 1 bungkus

Santan kelapa = 500 cc ( 1 butir kelapa)

Tepung ketan = 200 gram

Gula merah = 350 gram

Gula pasir = 200 gram

Proses pembuatan

Gula direbus dengan sanatan lalu disaring, kemudian dimasak lagi bersama bahan yang lain diaduk-aduk sampai matang,

3. Tepung pisang

Bahan : pisang kepok tua tetapi masih hijau sebanyak 2 sisir.

Proses pembuatan :

§ Pisang direbus setengah masak.

§ Pisang dikupas lalu diris tipis masukkan larutan Natrium metabisulfit 2 gram/lt air.

§ Kemudian dikeringkan dengan sinar matahari dalam tampah sampai kadar air 11-13%

§ Irisan pisang yang sudah kering digiling sampai halus dengan ditumbuk atau diblender.

§ Hasil gilingan diayak, hasil ayakan berupa tepung dapat dikemas

4. Pembuatan Jenang Mangga

§ Bahan yang digunakan antara lain : Buah mangga (2 Kg), gula pasir (1 ons), gula merah (3 ons), tepung ketan (1 ons), Kelapa (1 butir) dan panili (1 bungkus)

§ Kupas buah mangga, lalu dipotong kecil-kecil kemudian dihancurkan menggunakan blender

§ Kupas kelapa lalu diparut dan dicampur dengan air dan diambil santannya

§ Campurkan semua bahan tersebut sambil diremas-remas hingga adonan rata

§ Panaskan adonan dengan nyala api sedang dan diaduk secara merata sampai adonan kental

§ Tuangkan adonan yang telah kental tersebut kedalam cetakan dan biarkan jenang dodol tersebut dingin

§ Potong-potong jenang dodol dengan ukuran 5 x 3 cm

§ Kemas jenang dodol dengan kertas minyak atau plastik dan dimasukkan kedalam dus / kotak kemasan.

5. Pembuatan Selai Mangga

  • Buah mangga yang masak dikupas kulitnya dan diambil dagingnya
  • Kemudian dihaluskan (diblender) dan ditambahkan gula pasir
  • Setelah tercampur dimasukkan dalam kemasan plastik

6. Pembuatan Sirup Mangga

§ Bahan yang digunakan adalah buah mangga yang sudah matang (tua)

§ Mangga dikupas kulitnya kemudian dicuci bersih dan diambil dagingnya

§ Setelah daging buah dipotong-potong, dimasukkan kedalam air yang dudah direbus dengan gula sampai buah tersebut mencair

§ Setelah dingin dimasukkan kedalam botol.

7. Pembuatan Aneka Coktail

§ Bahan yang digunakan adalah beraneka macam buah misalnya mangga, Jambu, nanas dsb

§ Buah dikupas kulitnya kemudian dicuci bersih dan diambil dagingnya

§ Setelah daging buah dipotong-potong, dimasukkan kedalam air yang sudah direbus dengan gula sampai buah tersebut tercampur dan mencair

§ Setelah dingin dimasukkan kedalam botol.

8. Pembuatan Keripik Buah Mangga

  • Buah mangga yang telah cukup tua tetapi masih mentah dikupas dengan menggunakan pisau stainless yang tajam
  • Buah Mangga diiris tipis-tipis (± 3 mm) menggunakan serutan
  • Setelah ditiriskan sebentar, dicelupkan kedalam sirup kental yang terbuat dari gula pasir (50%), garam dapur (1%), asam sitrat (0,1%) dan air
  • Buah mangga selanjutnya segera digoreng dengan minyak yang bermutu baik (jernih, tidak tengik dan mengandung antioksidan yang diinginkan)

§ Setelah berwarna kuning kecoklatan dan kering, keripik buah mangga tersebut diangkat, dibiarkan menjadi dingin kemudian dikemas dalam palstik yang tertutup rapat

9. Pembuatan Manisan Mangga

Cara 1

§ Bahan baku yang digunakan yaitu buah mangga yang masih mentah atau mengkal

§ Kulit dikupas kemudian dipotong kecil-kecil dan dipanaskan dalam air mendidih selama 1 – 3 menit.

§ Irisan buah dimasukkan kedalam wadah secara berlapis, tiap lapisan ditaburi gula pasir (setiap 10 kg irisan diberi gula 3,7 - 5 kg), dan dibiarkan selama 24 jam

§ Cairan yang keluar dari irisan buah yang tercampur gula akan menjadi sirop

§ Irisan buah mangga direndam selama seminggu agar menjadi manisan basah

Cara 2 :

Bahan : buah mangga, garam 4 gram, Na bisulfit 3000 ppm

Proses pembuatan :

§ Buah mangga dibersihkan dan dikupas

§ Lalu direndam dalam larutan garam 4% (4 gram + 100 ml air)

§ Buah dipotong-potong sesuai keperluan, kemudian direndam selama 10 menit dalam larutan Na bisulfit 3000 ppm.

§ Ditiriskan masukkan dalam toples

§ Buat larutan gula 4% dipanaskan 90oC

§ Masukkan larutan gula dalam toples dan setelah direndam 2 hari pekatkan gula sampai 50%

§ Setelah 3 hari direndam maka manisan sudah jadi dan sudah bisa diangkat/ditiriskan, kemudian bisa dikemas.

10. Pembuatan Selai Pisang

§ Buah pisang yang masak dikupas kulitnya dan diambil dagingnya

§ Kemudian dihaluskan (diblender) dan ditambahkan gula pasir

§ Setelah tercampur dimasukkan dalam kemasan plastik

11. Pembuatan Keripik Buah

  • Bahan (buah) yang digunakan untuk keripik : pisang, apel, ketela, dll
  • Buah yang telah cukup tua tetapi masih mentah dikupas dengan menggunakan pisau stainless yang tajam
  • Buah diiris tipis-tipis (± 3 mm) menggunakan serutan
  • Setelah ditiriskan sebentar, dicelupkan kedalam sirup kental yang terbuat dari gula pasir (50%), garam dapur (1%), asam sitrat (0,1%) dan air
  • Buah selanjutnya segera digoreng dengan minyak yang bermutu baik (jernih, tidak tengik dan mengandung antioksidan yang diinginkan)

§ Setelah berwarna kuning kecoklatan dan kering, keripik buah tersebut diangkat, dibiarkan menjadi dingin kemudian dikemas dalam palstik yang tertutup rapat

12. Manisan pepaya

Bahan ; Buah pepaya mentah, setenga matang dan keras serta gula

Proses pembuatan :

§ Buah dikupas buang bijinya kemudian dipotong-potong

§ Rendam dalam larutan garam 15% kira-kira sudah warna terang buah pepaya diangkat.

§ Bahan dicuci dengan air panas untuk menghilangkan rasa asinnya.

§ Setelah itu direbus dalam air mendidih sampai lunak lalu cepat direndam dalam air dingin

§ Setelah dingin ditampung dalam wadah untuk diberi gula.

§ Proses penggulaan berbanding 1:1 lalu direbus sampai gula kental kemudian diangkat dan dibiarkan terendam semalam

Penggulaan cara lain : Potongan buah direndam dalam larutan gula sambil selalu ditambahkan gula dengan kepekatan 35%, sampai 2 hari.

III. INFORMASI POKOK DALAM PROSES PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

a. Informasi dalam pembuatan tepung buah

§ Tujuan perebusan buah

· Memudahkan pengupasan

· Menghindari pencoklatan

· Dalam perebusan cukup setenga matang agar mudah dikupas

§ Pengirisan dalam bentuk menceng dan tipis agar buah cepat kering

§ Pengglingan halus agar mudah disaring

b. Cara-cara pengawetan buah

1. Dengan cara dikeringkan : sale pisang,tepung pisang

Tujuan : menghambat pertumbuhan mikroba dan mengurangi kadar air dengan panas sinar matahari/ buatan

2. Pencucian buah

Tujuan : untuk menghilangkan kotoran yang melekat agar hasil pengolahan lebih sehat. Pengupasan dan pemotongan buah dengan tangan, pisau, mesin pengupas. Pengupasan kulit dengan direbus (kukus)

3. Pencelupan

Untuk buah yang dikeringkan secara utuh maka lapisan lilin dihilangkan dengan mencelupkan pada larutan soda kue 0,5%

4. Pemberian belerang

Untuk mempertahankan warna, mencegah kerusakan dan untuk mempertahankan nilai gizi. Caranya : menghembuskan gas SO2 dalam ruang tertutup

5. Memblasing

Maksudnya pemanasan pendahuluan dalam uap air atau air panas dalam waktu yang singkat dengan tujuan :

§ Mengeluarkan udara dalam jaringan buah

§ Menetapkan warna hijau fdari khlorofil

§ Memudahkan pengupasan

§ Membersihkan kotoran

§ Mengaktifkan enzim

§ Menghilangkan bau dan aroma yang dikehendaki

c. Informasi dalam pembuatan manisan buah

§ Macam buah yang bisa diolah menjadi manisan antara lain : mangga, salak, pepaya, cerme, kulit jeruk, belimbing.

§ Pembotolan dan pengalengan buah, tidak semua buah dapat diawetkan dengan cara pembotolan atau pengalengan harus dipilih buah yang kuat dam bermutu tinggi.

§ Memilih buah, buah masih segar dan baru dipetik, matang secara merata bila belum dapat diletakkan ditempat terbuka beberapa saat.

§ Mencuci buah, bersihkan buah dari kotoran, getah dan lainnya dengan lap pemebersih.

§ Mengupas kulit buah, tangan harus bersih, buah harus dijaga jangan harus dicampur, pisau dicuci bersih, pakailah wadah yang baik dan bersih.

§ Memotong buah, buah dipotong sesuai tujuan bentuk kubus atau bola kecil

§ Pengerasan buah, caranya dengan merendam buah dalam larutan kapur sirih. Larutan dibuat dari 10 gram kapur sirih dicampur air 1 lt, larutan ini diperlukan bagi buah-buahab yang lembek teksturnya agar terjadi pengerasan. Kalau tidak ada kapur sirih dapat dipakai Kalsium Clorida (CaCl2) Perendaman cukup 15-20 menit.

§ Fungsi lain dari larutan itu adalah untuk menghilangkan senyawa lain yang tidak larut seperti buah yang terkena pestisida dll.

§ Memblansing, buah yang sudah keras diblansing untuk menghilanmgkan bau yang tidak diinginkan dan mempertahan warna buah. Cara Buah dimasukkan air panas 80o –100o C beberapa detik. Buah diangkat sebentar, kemudian maukkan lagi 4-5 menit dan jaga buah jangan sampai lembek.

§ Menambah rasa, merendam buah dalam larutan asam sitrat 5% selam 1-2 jam

§ Membuat bahan pengawet dari larutan gula

· Bentuk sirup kental = gula : air = 1 : 1 dihasilkan sirup kadar gula 50%

· Bentuk sirup sedang = gula : air = 1 : 2 dihasilkan sirup kadar gula 40%

· Bentuk sirup encer = gula : air = 1 : 3 dihasilkan sirup kadar gula 33%

Kepustakaan

1. Anonimous, 1993. Petunjuk tehnologi pengolahan hasil holtikultura Dinas tan.pangan Prop jatim.

2. Soemarjo,1991 Tehnologi Pengolahan hasil pertanian Diklat APP Malang

3. Nunuk Sunu,1997 Pengolahan hasil buah-buahan BLPP Ketindan Lawang

4. Hasil magang KPK berprestasi ke JAGGO Malang September 2004.