Jumat, 25 Desember 2009

Padi Hibrida dg sistim jajar legowo

Padi Hibrida Sistim Jajar Legowo
Disusun oleh :
Anik Rachmawati,SP,MMA
I. PENDAHULUAN
Beras merupakan makanan pokok seluruh rakyat Indonesia , bahkan banyak daerah yang pada waktu lalu penduduknya mempunyai makanan pokok selain beras misalnya Madura, Maluku, Irian danlain-lain saat ini sudah pindah ke beras untuk dijadikan makanan pokoknya. Bahkan saking minded-nya, banyak masyarakat kita yang berpendapat belum makan bila belum makan nasi.
Salah satu sulitnya peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah terjadinya penyempitan lahan pertanian subur terutama di pulau Jawa. Sedangkan penambahan lahan pertanian lebih banyak dapat dilakukan pada lahan marginal yang kurang subur. Di sisi lain kebutuhan beras terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk. Dengan demikian, peningkatan produksi beras hanya cukup untuk mencukupi permintaan akibat pertambahan penduduk (mempertahankan konsumsi beras per kapita) tetapi tidak cukup memadai untuk menutup peningkatan konsumsi beras per kapita akibat peningkatan pendapatan.
Penduduk Indonesia yang ada tahun 1995 berjumlah 194,7 juta jiwa diperkirakan akan meningkat menjadi 265 juta pada tahun 2025. Sedangkan kebutuhan beras akan meningkat menjadi 68.8 juta ton pada tahun 2025 dari 49.3 juta ton tahun 1997. Pada sat ini tingkat konsumsi beras di Indonesia adalah 138 kg/kapita/tahun setara dengan 212 Kg gabah/kapita/tahun. Di sisi lain ada kejenuhan potensi hasil dari varietas – varietas padi konvensional yang selama ini dibudidayakan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, alternatif yang paling memungkinkan adalah penggunaan varietas hibrida yang memanfaatkan gejala heterosis. Hasil padi hibrida ini dapat melebihi hasil varietas padi konvensional sebesar 30 % (Yuan,1994). Heterosis tertinggi yang dapat dicapai pada penelitian di Indonesia sebesar 40,5% dengan menggunakan CIAMIS introduksi dan pemulih nasional (Satoto et al.,1994). Sedang dengan menggunakan pemulih IRRI, heterosis berkisar 1,19 – 49,38 % ( Suprihatno dan Satoto, 1996). Disamping itu salah satu upaya lain untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan tanam padi sistim Legowo. Dengan sistim Legowo, tanaman padi dapat berproduksi lebih tinggi karena adanya pengaruh dari tanaman pinggiran.
II.TEHNOLOGI BUDIDAYA PADI HIBRIDA DENGAN SISTIM JAJAR LEGOWO
A. Tehnologi sistim tanam jajar Legowo
Legowo merupakan rekayasa tehnik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi didalam barisan dan melebar jarak antar barisan. Sistim tanam Legowo ini tidak mengakibatkan populasi tanaman berkurang dan bahkan semakin bertambah karena adanya tambahan rumpun padi didalam masing-masing barisan tanaman. Legowo berasal dari kata “Lego” yang artinya luas dan “dowo” yang artinya memanjang. Jadi diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan. Dengan demikian pada sistim tanam legowo 2:1 yaitu 2 barisan tanaman diselingi 1 barisan kosong, , semua rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman karena adanya ruang terbuka yang lebih lebar. Akibatnya semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh tanaman pinggiran yang hasilnya bisa mencapai 1,5-2 kali lipat lebih tinggi dari produksi padi yang berada dibagian dalam (Gambar 1). Berkurangnya barisan tanaman padi dengan dibiarkannya barisan yang kosong pada sistim legowo, dapat dikompensasikan dengan meningkatnya hasil tiap barisan tanaman sehingga dicapai peningkatan produksi padi dibandingkan cara tanam secara penuh.


Keuntungan tanam sistim Legowo
1. Adanya ruang yang lebih terbuka antar barisan tanaman akan memudahkan dalam operasional pengelolaan pertanaman sehingga lebih efektif dan efisien, misalnya pemupukan, penyiangan, pengendalian hama/penyakit.
2. Mempermudah pengendalian hama tikus.
3. memberikan kesempatan untuk tanam azolla dan mempermudah pembenamannya.
B.Tehnologi budidaya padi Hibrida
Padi hibrida dapat dipakai sebagai pilihan utama untuk mengatasi masalah krisis pangan dengan pertimbangan antara lain : di negara-negara berkembang kebutuhan beras meningkat secara cepat, ada stagnasi potensi hasil dari varietas unggul konvensional, lahan sawah untuk bertanam semakin berkurang, dan padi hibrida telah menunjukkan hasil 20 % lebih tinggi dibandingkan semua varietas padi konvensional (inbrida).
Meskipun padi hibrida dapat meningkatkan hasil namun penyediaan benih hibrida yang merupakan generasi pertama (F1) dari persilangan antara dua galur atau varitas homozigot sering menjadi faktor pembatas dalam penerapan teknologi padi hibrida secara luas.
Hasil panen padi hibrida dianjurkan untuk tidak digunakan sebagai benih atau ditanam kembali. Hasil panen padi hibrida merupakan generasi kedua (F2) yang secara teori telah terjadi pemisahan atau segregasi menjadi 25% mandul jantan dan 75% fertil. Selain sterilitas jantan pada generasi tersebut juga terjadi segregasi sifat-sifat lainnya. Oleh sebab itu, apabila benih hasil panen varitas padi hibrida ditanam maka pertanaman tidak seragam dan 25% tanaman mandul jantan sehingga hasilnya rendah.
Padi hibrida dapat ditanam diberbagai tipe iklim dan berbagai jenis tanah pada dataran rendah sampai medium dengan ketinggian 500 m diatas permukaan laut. Lahan sawah harus subur, dengan jaringan irigasi terjamin, bukan daerah rawan banjir. Lahan sawah bukan merupakan daerah endemis hama dan penyakit utama (wereng coklat, hawar daun bakteri dan virus tungro). Respon petani terhadap penerapan inovasi tehnologi padi hibrida sangat diperlukan dengan pengawalan dan koordinasi petugas pada semua aspek tehnologi mulai dari penyediaan benih, persemaian, tehnologi budidaya, pengendalian organisme pengganggu tanaman sampai dengan kegiatan panen. Serta didukung tersedianya sarana produksi dengan tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga.tepat tempat
Untuk mendapatkan produksi padi hibrida sesuai dengan potensinya, maka dilakukan pengelolaan budidaya tanaman padi hibrida secara intensif dengan menerapkan paket tehnologi yang dianjurkan, sebagai berikut :
1. Benih dan persemaian
Penggunaan benih
- benih padi hibrida dapat ditanam hanya satu kali tanam.
- Setiap kali penanaman harus menggunakan benih baru dan bersertifikat.
- Penggunaan padi benih hibrida dianjurkan 15-20 kg/ha untuk sistim tanam tegel, jika menggunakan sistem tanam jajar legowo, kebutuhan benih lebih banyak 30% atau 4,5-6 kig/ha
- Ada 31 varietas padi hibrida yang dianjurkan dan sudah dilepas oleh Deptan pada tahun 2006 (tabel 1)
Persemaian
- Tempat persemaian yang dipilih adalah yang mudah pengairannya dan pembuangan airnya, bebas hama dan jauh dari jalan raya. Bahan organik diberikan sebanyak 1 kg/m2 sebelum penyiapan lahan persemaian untuk menambah kesuburan dan memudahkan pertumbuhan benih.
- Luas persemaian adalah 1/20 bagian (5%) dari luas sawah, sehingga untuk 1 ha pertanaman diperlukan untuk luas persemaian adalah 500 m2.
- Tanah diolah, dicangkul dan dibajak, dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama minimal 7 hari kemudian dibuat bedengan dengan ukuran 10 m x 1,20m, dengan ketinggian 5-10 cm, dibuat parit antar bedengan dan keliling bedengan dengan ukuran lebar parit 30 cm dan kedalaman 30 cm. Dari luas 500 m2 dibuat 30 bedeng.
- Benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam hingga berkecambah 1mm, selanjutnya benih disebar merata dengan ekpadatan sebar 50-75 gr/ m2
- Sehari sebelum sebar, persemaian dipupuk SP 36 sebanyak 5 gr/ m2 dan KCL 5 gr/ m2 .Setelah persemaian umur 10 hari, tambahkan pupuk Urea 10 gr/ m2 luas persemaian.
- Setelah sebar benih lebih baik ditabur secara merata dengan abu damen/sekam sampai benih tidak kelihatan, persemaian tidak usah diairi sampai benih tumbuh merata diatas abu damen/sekam, air dijaga tetap diparit/selokan untuk menjaga kelembaban. Keuntungan sistim ini dimaksudkan tumbuhnya benih dipersemaian lebih merata dan memudahkan pencabutan bibit sehingga mengurangi tenaga kerja.
- Pada persemaian tanpa menggunakan abu damen/sekam sehari setelah sebar benih hingga hari ketujuh, masukkan air pada pagi hari hingga ketinggian 5 cm dan keluarkan air pada sore hari. Kemudian pada hari ke delapan dan seterusnya, ketinggian air dijaga 2-5 cm.
- Setelah bibit umur 15-18 hari setelah sebar atau setelah berhelai 5-6 helai, bibit dipindahka tanamkan dilahan penanaman.
- Setelah periodik dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan adanya organisme pengganggu tanaman (OPT).
2. Penyiapan lahan
- Tiga minggu sebelum tanam, lahan perlu digenangi air untuk melunakkan tanah. Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak 1 kali dengan kedalaman 20 cm dan masukkan semua gulma dan sisa-sisa jerami kedalam tanah agar dapat terdekomposisi.
- Menggenagi lahan selama 7 hari dalam keadaan macak-macak untuk mencegah lepasnya nitrogen dari tanah dan mempercepat proses pembusukan jerami dan gulma.
- Dibajak 2 (dua) dan digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah,. agar siap ditanami bibit padi. serta menjaga genangan air dilahan
- Memasukkan pupuk organik kedalam tanah dengan bajak atau garu. Setelah garu, diberi pupuk NPK sebagai pupuk dasar
- Untuk menekan pertumbuhan gulma, disemprot dengan herbisida pra tumbuh dan dibiarkan selama 7 hari/ sesuai dengan anjuran pemakaian herbisida tersebut.
3. Penanaman dan penyulaman
Penanaman
- Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-18 hari setelah sebar, atau bibit telah berdaun 5-6 helai, dengan sistem tanam pindah ( transplanting )
- Menggunakan sistim tanam jajar legowo ( 20 cm x 12,5 cm ) x 40 cm (untuk lahan kurang subur) atau (20 cm x 15 cm) x 40 cm (untuk lahan subur).
- Populasi bibit dipersemaian lebih jarang daripada yang biasa dipraktekkan petani, sehingga pada umur 15-18 hari bibit padi telah mempunyai anakan.
- Tanam bibit pada kedalaman 2-3 cm. Pada waktu penanaman, anakan tidak boleh dipisah-pisahkan. Cara penanaman padi hibrida adalah satu tanaman per rumpun, bukan satu batang per rumpun. Sehingga bibit per rumpun dapat lebih dari satu batang apabila bibitnya telah beranak.

Penyulaman
- Untuk mendapatkan populasi maksimal, setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh/ mati dengan bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Penyulaman dilakukan maksimum satu minggu setelah tanam untuk mempertahankan populasi yang optimal.
4. Pemeliharaan tanaman
Pemupukan
- Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman juga ber beda-beda.
- Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan unsur hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik, agar efisien, takaran pupuk hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah. Sedangkan untuk N takaran dan pemberian disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD)
- Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk merata keseluruh areal tanaman. Pada saat pemupukan dan 3 hari setelah pemupukan saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup.
Anjuran Pemupukan
1. Pupuk Organik
- pada pengolahan tanah terakhir (III) diberikan pupuk kandang 2-3 ton/ha atau bila menggunakan pupuk kompos jerami diberikan sekitar 5 ton/ ha.
2. Pupuk an organik
Anjuran I (pupuk tunggal), Dosis dan aplikasi pemupukan
Pupuk Pertumbuh-an awal Anakan aktif Permodia berbunga Dosis Total (kg/ha)
7-10 (hst) 21-25 (hst) 35-40 (hst) 10% berbunga
Urea (kg/ha) 100 100 100 50 350
SP 36 (kg/ha) 100 - - - 100
KCL (kg/ha) 65 - 35 - 100
Anjuran II (pupuk majemuk), Dosis dan aplikasi pemupukan
Pupuk Pertumbuh-an awal Anakan aktif Permodia berbunga Dosis Total (kg/ha)
7-10 (hst) 21-25 (hst) 35-40 (hst) 10% berbunga
Ponska (kg/ha) 150 150 - - 300
Urea (kg/ha) 50 50 100 50 250
Pengairan
Pengairan berselang difokuskan pada musimkemarau, sedangkan pada musim hujan hanya dilakukan didaerah yang pengairannya dapat diatur. Pengairan berselang adalah :

- Sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak.
- Secara berangsur-angsur lahan diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10 hst. Pada fase ini penggunaan air sangat kritis dan untuk menghambat pertumbuhan biji gulma.
- Lahan tidak diairi sampai 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak selama 2 hari, kemudian diairi kembali setinggi 5-10 cm.
- Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari menjelang panen, lahan terus digenangi air setinggi 5 cm. Kekurangan air dari fase bunting sampai fase bunga dapat meningkatkan gabah hampa atau sebagaian gabah berisi.
- 10 hari menjelang panen lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.
Pengendalian OPT
Pengendalian Gulma
- Penyiangan dilakukan dengan manual atau landak/ osrok.
- Penyiangan I, dilakukan sedini mungkin, maksimal pada umur 18 hst (sebelum pemupukan II).
- Penyiangan II, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur 30 hst (sebelum pemupukan III).
- Penyiangan III (mbrasak) dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur 45 hst
- Rumput/gulma yang dicabut dibenamkan kedalam tanah (untuk menambah bahan organik)
Pengendalian Hama dan penyakit Tanaman (HPT)
- Pengamatan dilakukan setiap saat/ hari mulai dari persemaian hingga menjelang panen.
- Pada 3-5 hari sebelum menabur benih, dilakukan pengendalian hama tikus secara serempak.
- Upaya pencegahan dan pengendalian HPT dengan cara bijaksana mengacu pada konsep PHT.
- Hama yang perlu diwaspadai adalah wereng coklat, penggerek batang, tikus dan walang sangit sedangkan penyakit adalah Tungro hawar daun bakteri blast.
- Serangan burung menjelang panen perlu diwaspadai
- Jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan h/p padi (Tabel 2)
Panen dan pasca panen
Penanganan pasca panen merupakan kegiatan utama untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu beras. Dalam prosesnya pasca panen merupakan rangkaian yang luas dan kompleks yang tidak hanya ditentukan oleh masalah tehnis saja tetapi juga melibatkan masalah social dan ekonomi yang menyangkut berbagai sector dan disiplin.
Kehilangan hasil pada tahap perlakuan pasca panen sbb :
No
Tahap perlakuan Kehilangan (%)
1
2
3
4
5
6Panen
Perontokan
Pengangkutan
Penjemuran
Penggilingan
Penyimpanan 9,19
4,98
0,51
1,66
2,94
0,26
Jumlah 19,54

Dari tabel dapat dilihat kehilangan pada panen,perontokan dan penggilingan adalah terbesar.

PANEN
Penentuan saat panen yang tepat didasarkan :
- 85% malai menguning, sebagaian daun bendera telah mongering
- Kerontokan gabah sekitar 25-30%, diukur dengan meremas malai dengan tangan.
- Kadar air mencapai 22-25%
- Umur optimal berkisar 30-35 hari setelah berbunga merata.
Cara –cara panen anjuran :
1. lahan pertanaman dikeringkan dahulu 7-10 hari sebelum panen.
2. panen menggunakan sabit bergerigi, sehingga kapasitas pemanenan dapat dipercepat 20 jam per ha.. Sabit bergerigi 93 jam per Ha per orang sedangkan sabit biasa 113 jam (UGM,1984)
3. cara memotong padi dianjurkan sedekat dengan tanah, hasil panen diletakan diatas wadah/tikar/alas, kemudian dibawa ketempat perontokan dengan menggunakan wadah
PERONTOKAN
Cara perontokan
- menggunakan pedal tresher, menggunakan mesin perontok (power tresher)
PEMBERSIHAN
Pembersihan dilakukan segera setelah perontokan dengan cara :
- pembersihan awal dilakukan disawah dengan menggunakan ayakan dari bambu/kawat agar kotoran atau sisa daun dan batang kasar terbuang. selanjutnya dengan menampi, dianginkan atau menggunakan blower.
- Untuk menekan serendah mungkin perlu menggunakan alas dari tikar, anyaman bambu, karung plastic dsb.
PENGERINGAN
Tempat pengeringan : Alas yang baik dibuat dari semen dan dibuat bergelombang sehingga penyerapan matahari menjadi tinggi, permukaan lebih luas, aur hujan lebih cepat mengalir dan lantai dapat kering.
Cara pengeringan.
dimusim kemarau dilakukan sbb :
- Ketebalasan lapisan gabah 5-7 cm,Setiap 1-2 jam sekali dilakukan pembalikan menggunakan kayu atau bamboo
- Waktu yang dianjurkan jam 07.00 pagi sampai dengan jam 16.00 sore terganyung cahaya matahari.
Dimusim hujan
- gabah dihamparkan dengan ketebalan 2-3 cm,setiap 1-2 jam sekali dilakukan pembalikan, menggunakan kipas atau blower
- sebagai sinar matahari dapat digunakan lampu petromak, bahan baker sekam

PENYIMPANAN
Dalam penyimpanan yang perlu diperhatikan : Sifat dan mutu gabah,Kondisi gabah serta Bangunan tempat penyimpanan
Anjuran-anjuran
Mutu bahan : gabah yang akan disimpan sebaiknya :
- dalam keadaan kering dengan kadar air maksimal 14%, bersih dari kotoran/gabah hampa maksimum 3 %, menggunakan karung yang baru , bila terpaksa menggunakan karung bekas harus direndam dulu dalam air panas sehingga hama mati dan kemudian dijemur sampai kering.
PENGGILINGAN
mutu dan rendemen beras yang dihasilkan dari penggilingan sangat dipengaruhi berbagai factor antara lain : varietas padi dan perlakuan pra panen, perlakuan pasca panen, macam alat/mesin penggiling gabah.

III KESIMPULAN DAN SARAN
Tehnologi Tanam Padi Hibrida dengan sistim jajar legowo diharapkan menjadi alternative bagi petani untuk meningkatkan produksi tanaman padi guna menyumbang kebutuhan beras nasional.
Respon petani terhadap penerapan inovasi tehnologi padi hibrida sangat diperlukan dengan pengawalan dan koordinasi petugas pada semua aspek tehnologi mulai dari penyediaan benih, persemaian, tehnologi budidaya, pengendalian organisme pengganggu tanaman sampai dengan kegiatan panen. Serta didukung tersedianya sarana produksi dengan tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga.tepat tempat

DAFTAR PUSTAKA
Anonimos,2007 .Petunjuk Tehnis Penyebaran peningkatan Penggunaan Benih Padi Hibrida , Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur
Anonimos,2007 .Petunjuk tehnis Tehnologi Budidaya Padi Hibrida di Jawa Timur. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian,BPTP Jawa Timur
Suwono,dkk, 2001 Acuan Pemupukan Spesifik Lokasi untuk Padi sawah di Jawa Timur. Badan penelitian dan pengembangan Pertanian BPTP Jawa Timur.
Ir. Edy Purnomo,1996. Teknologi penanaman padi sistim jajar legowo.Lembar Informasi Pertanian Balai penelitian Tehnologi Pertanian Karangploso
B.S Vegara,1990. Bercocok tanaman padi. Proyek Prasarana Fisik. Bappenas
AAK, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius Yogyakarta
Anonimos,1985, Hama Tungro. Departemen Pertanian. Proyek Pengembangan penyuluhan Pertanian/NAEP.Jakarta
Anonimus, 1983-1984. Beberapa hama penting pada padi. Departemen Pertanian. Proyek Informasi Pertanian Wonocolo,Jawa Timur
Anonimus,, 1982, Penanganan Pasca panen Padi.. Departemen Pertanian. Proyek Informasi Pertanian ,Balai Informasi Pertanian Wonocolo,Surabaya

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda